Letak geografis Indonesia menyebabkan belahan bumi dengan iklim tropis basah sangat sensitif terhadap anomali iklim atau El-Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO merupakan pergeseran periodik sistem atmosfer samudra di Pasifik tropis yang berdampak pada cuaca di seluruh dunia. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El Nino).
Berdasarkan analisis iklim, 30 tahun terakhir ada pembentukan pola iklim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Hal inilah yang mengakibatkan beberapa wilayah di Kabupaten Pati mengalami kekeringan. Tentu ada beberapa penyebab kekeringan lain seperti adanya penyimpangan iklim, gangguan keseimbangan hidrologis dan kekeringan agronomis.
Menyikapi hal ini, Aliansi Mahasiswa Ipmafa melakukan aksi cepat tanggap, mereka melakukan penggalangan dana di lingkungan kampus Ipmafa khsusnya dari para mahasiswa. Bekerja sama dengan relawan Kembang Joyo, Aliansi Mahasiswa dikoordinatori oleh A’ida Sufrotus Sofi yang saat ini aktif sebagai ketua Dema Institut.
Pada hari Kamis, (12/10/2023) pukul 15:30 WIB pengiriman air bersih dilaksanakan di Desa Tondokerto Kecamatan Jakenan Pati. Aksi sosial tersebut diikuti langsung oleh sejumlah aktivis organisasi kemahasiswaan Ipmafa seperti A’ida Sufrotus Sofi (ketua Dema Institut), Hunainatul Husniyah (ketua UKM GEMAWI), Ahmad Faiq Nur (ketua HMPS ZAWA) dan beberapa perwakilan mahasiswa Ipmafa yang lain.
Cerita Warga Terdampak
Raut wajah sumringah terpacar dari warga Desa Tondokerto saat melihat tangki air bersih yang datang bersama mahasiswa. Dengan sigap mereka berbondong-bondong membawa ember dan jirigen untuk mengantri dan mengambil air bersih. Ternyata mereka sangat menunggu karena sudah sehari belum mendapat kiriman air bersih. Berdasarkan penuturan dari beberapa warga, kekeringan dan kesulitan air bersih sudah melanda sejak bulan Agustus 2023 sampai sekarang. Menurutnya, biasanya mereka mengandalkan air dari sumur rumah setempat tapi saat ini air tersebut tidak layak digunakan untuk kebutuhan minum dan mandi.
“Air masih keluar air tetapi rasa payau dan asin, kalo air dari sumur itu untuk sekarang kami gunakan memberi minum ternak, membersihkan perabot rumah dan mencuci baju. Sedangkan untuk kebutuhan mandi, memasak dan minum kami dapat dari bantuan penyaluran air bersih. Tapi kadang kalo bantuan air nggak datang kami terpaksa mandi dengan air asin”
Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, warga memanfaatkan air yang bersumber dari embung dan mata air di sekitar desa tetapi saat ini semuanya kering. Musim kekeringan seperti ini tentu berdampak pada perekonomian warga. Lahan sawah semuanya tandus dan kering sedangkan mata pencaharian utama dari masyarakat setempat adalah pertanian, perkebunan dan peternakan.